Sri Maryati, Pemilik Bimbingan Belajar yang Terpaksa Tutup Sementara Karena Covid - 19
Pontianak
– Sore itu tak seramai biasanya, bahkan
terkesan sepi. Hanya tampak seorang wanita paruh baya yang sedang menyapu
halaman rumah tersebut. Di gagang pintu tampak tergantung sebuah papan
berukuran sedang yang tertulis ‘Tutup Sementara’. Rumah tinggal yang juga
merangkap menjadi sebuah bimbingan belajar tersebut terpaksa tutup sementara
waktu karena terkena imbas dari Covid – 19 ini. Bimbingan belajar yang menerima
murid dari Taman Kanak hingga Sekolah Menengah Atas ini bak lumpuh sementara
geraknya.
Tak lagi terdengar riuhnya suara
anak – anak yang belajar disana mulai sore hari hingga malam hari. Tak lagi
terlihat ramainya anak – anak yang biasanya memenuhi rumah tersebut untuk
belajar. Tak terlihat lagi kendaraan para orangtua murid yang biasanya ramai
memenuhi pekarangan rumah tersebut.
Pemilik bimbingan belajar ‘Kiki’ ini
adalah Sri Maryati. Wanita berusia 29 tahun yang juga berprofesi sebagai guru
di sebuah Sekolah Dasar. Ia mendirikan
bimbingan belajar ini sudah sejak 2012 silam dan hingga kini memiliki sekitar
100 murid yang terdiri dari beberapa jenjang pendidikan. Kiki sapaan akrabnya
mengaku bahwa tujuan awalnya mendirikan bimbingan belajar ini karena ia merasa
kasihan dengan beberapa murid yang belum terasah secara maksimal kemampuannya.
Sehingga ia memutuskan untuk mendirikan bimbingan belajar ini dan memberikan
tarif yang terjangkau sehingga mampu dijangkau kalangan menengah kebawah.
Bimbingan belajar yang ia dirikan
kinipun sudah cukup terkenal di daerah sekitar. Setiap tahunnya menurut Kiki
jumlah murid baru yang mendaftar meningkat. Awalnya yang hanya mengajar
sendirian, kini Kiki merekrut sang kakak yang juga berprofesi sebagai guru
menjadi tenaga pengajar di bimbingan belajarnya. Tak hanya itu, ia juga
merekrut beberapa mahasiswi yang berniat bekerja paruh waktu sebagai tenaga
pengajar disana. Kini, bimbingan belajarnya memiliki 4 tenaga pengajar tetap
termasuk Kiki sendiri. Menurut Kiki, ia sengaja merekrut sang kakak karena
menurutnya sang kakak memiliki gaya mengajar yang baik, sedangkan untuk
mahasiswi yang mengajar disana diterima karena bagi Kiki ia pernah menjadi
mahasiswi dan ia tau rasanya mencari uang tambahan untuk berkuliah.
Pada tahun 2020 ini, bimbingan
belajar yang sudah berumur 8 tahun ini ibarat lumpuh tak bergerak. Bimbingan
belajar tersebut juga terkena dampak dari pandemic Covid – 19 ini. Kiki selaku
pemilik bimbingan belajar ini terpaksa dengan berat hati menutup usahanya
tersebut dan juga memberhentikan sementara tenaga pengajarnya hingga waktu yang
ia sendiripun belum tahu kapan akan bisa membukanya kembali.
“Sebenarnya dari murid – muridnya
sendiri tidak mau disuruh libur seperti ini, apalagi liburnya lama sekali kan,
tetapi saya terpaksa harus menutupnya demi kenyamanan bersama dan juga agar
pandemi ini cepat selesai. Jika pandemi ini sudah selesai atau setidaknya lebih
membaik dari sekarang, saya pasti akan segera membuka kembali bimbingan belajar
ini, mengingat murid – murid saya pasti banyak sekali yang kesusahan belajar
sendiri tanpa bantuan dari kami selaku guru bimbingnya.” tutur Kiki saat
ditemui di kediamannya beberapa waktu lalu.
Kiki juga bercerita bahwa pemasukan
setiap bulannya yang ia terima dari usaha bimbingan belajar yang dikelolanya
tersebut benar – benar sangat menurun drastis, bahkan menurut penuturan Kiki,
uang yang masuk hanya berasal dari hasil pembayaran uang bimbingan belajar pada
bulan Februari saja. Karena sejak pertengahan bulan Maret, bimbingan belajarnya
sudah ditutup sehingga ia tidak bisa menarik uang pembayaran bimbingan belajar
dari orang tua murid lagi.
“Terakhir pemasukan itu bulan
Februari. Karena hanya di bulan itu yang kami benar – benar efektif mengajar.
Awal bulan Maret juga sebenarnya masi efektif tetapi karena sejak pertengahan
bulan Maret sudah ditutup dan berhubung pembayaran SPP itu di pertengahan bulan
maka saya memutuskan untuk tidak menarik uang SPP dari murid – murid lagi.”
ungkapnya.
Penutupan sementara bimbingan
belajar ini juga sebenarnya merupakan ajuan dari Rukun Tetangga atau RT
setempat yang membuat Kiki tak bisa menolak untuk menutupnya. Karena sesuai
protokol pemerintah yang beredar adalah menghindari tempat umum atau tempat
ramai dan menghindari kumpul bersama yang dihadiri banyak orang. Menurut Kiki,
tak masalah bagi dirinya jika ia harus merugi besar dari dampak pandemic Covid
– 19 ini daripada ia harus menyebabkan jatuhnya korban baru karena kekerasan
kepalanya untuk tidak menaati protokol dari pemerintah setempat.
Lulusan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Tangjungpura ini berpendapat bahwa dalam menghadapi pandemic Covid
– 19 ini harus dihadapi secara tenang dan juga sabar dalam menjalani setiap harinya.
“Kita sebagai warga negara yang baik
harusnya dalam menghadapi pandemic Covid – 19 ini dapat bersabar sedikit karena
saya tahu pasti susah menjalani hari – hari yang berbeda dengan biasanya, tetap
tenang karena diluar sana para tenaga medis dan pemerintah sedang berjuang agar
keadaan negara Indonesia ini kembali membaik.” ujarnya.
Menurut Kiki, perasaanya saat harus
menutup bimbingan belajarnya ini sangatlah sedih. Di satu sisi ia tak mau
mengambil resiko karena tetap membuka bimbingan belajarnya, dan di satu sisi ia
tak menampik bahwa ia benar – benar membutuhkan pemasukan lebih. Kiki bercerita
bahwa gaji guru yang ia terima belum cukup untuk menutupi kebutuhan sehari –
harinya dan juga keluarga, apalagi saat ini ia hanya tercatat sebagai salah satu
tenaga pengajar honorer di sekolah tersebut. Maka dari itulah, ia membutuhkan
pemasukan dari bimbingan belajar tersebut karena menurut Kiki, pemasukan yang
ia dapatkan dari bimbingan belajar bisa mencapai 2 kali lipat gaji honorer di
sekolahnya.
“Saya tak menutup bahwa saya
membutuhkan pemasukan dari bimbingan belajar ini. Karena sejak ditutup seperti
sekarang, jujur saja pemasukan saya merosot. Perosotan pemasukan itu benar –
benar saya rasakan. Terhitung sejak bulan Maret tersebut. Ibaratnya seperti dari
puncak gunung itu langsung jatuh ke lembah. Bukannya saya tak bersyukur dengan
apa yang ada sekarang, tetapi namanya kita manusia setiap harinya pasti ada
saja pengeluaran kan. Dan disini saya juga harus mengaji tenaga pengajar saya.
Kasihan jika tak digaji, meskipun ini bukan gaji terakhir mereka dari bimbingan
belajar ini tetapi kan mereka akan lama sekali tidak mendapatkan gaji dari
bimbingan belajar ini karena pemberhentian sementara waktu.” tutur Kiki.
Kiki berharap pandemic Covid – 19
ini cepat berlalu dan keadaan kembali seperti semula sehingga dampak yang
dirasakannya saat ini juga segera selesai, ia juga berpesan kepada warga
Indonesia agar saat ini tetap taatilah protokol pemerintah dan tidak bepergian
kemana – mana dulu kecuali keadaan sangat mendesak.
“Kita ini saudara. Tentunya kita
tidak mau bukan hidup terus – terusan dalam keadaan seperti ini. Maka dari itu
mulai saat ini belajarlah sedikit rasa toleransi sesama. Di luar sana tenaga
medis sudah membantu kita menyembuhkan para korban pandemi, maka kita yang saat
ini tidak bisa berperan seperti tenaga medis, cukuplah taati protokol
pemerintah. Dengan begitu, kita sudah membantu memutus mata rantai pandemic
Covid – 19 ini. Jika pandemi ini cepat berlalu, maka dampak yang terjadi saat
inipun bisa kita perbaiki lagi bersama.” ujarnya. (27/05/2020)
PENULIS : ASHIELA AYU ANINDYA
EDITOR : SYARIFAH NA'ILAH AZZAHRA
Tidak ada komentar