PENJUAL AYAM JUGA PUNYA CITA CITA
istimewa
Akcaya Pers, Singkawang - Rico Satibi atau kerap di
sapa Riko ini merupakan seorang
penjual ayam di salah satu desa di daerah Setapuk
besar Singkawang Utara Kalimantan Barat,
Riko ini adalah seorang remaja yang yang melakukan akitivitas
setiap hari yaitu
berjualan, hanya dengan berjualan lah ia bisa menghidupi keluarganya, ayah yang sudah tidak lagi
bekerja sebagai penggiling penjual senior
karna umuru yang sudah tua , jadi riko lah yang menjadi
tulang punggung keluarga menggantikan sang
ayah , ayah
nya juga membantu ia jualan didesa tersebut.
Riko adalah anak ke empat dari enam
bersaudara , anak yang pertama bernama Tika
Kurniasih sudah
menikah dan mempunyai dua orang anak dan anak yang ke dua yang bernama Cintya satibi sudah kerja dan dilamar orang ,anak
yang ketiga satrio satibi kuliah dan ke empat yaitu dia Riko satibi , anak ke
lima sarah satibi , dan yang ke enam hal ini lah yang membuat riko bekerja untuk keluarga kecilnya ,walau pun begitu Riko mengatakan
“Rejeki itu di tanggan allah tinggal
kitanya jak yang harus berusaha “ .
Tetapi semua berubah pada tanggal 2 mei yang di mana peraturan mulai banyak beredar
dan di sini lah awal di mana aktivitas mulai di batasi , harus menjaga jarak
antara orang sekitar , harus menerapkan hidup sehat, harus rajin cuci tangan,
tidak boleh bersalaman , jangan keluar
rumah kecuali ada hal yang mendesak dan jika keluar rumah harus mengenakan
masker .
Jauh sebelum tanggal 2 mei atau sebelum pemerintah memerintahkan
melakukan aktivitas apapun di rumah mulai dari bekerja, beribadah, dan belajar
dari rumah atau biasanya di social media dengan adanya tagar #dirumahaja, pada minggu minggu
ketiga bulan januari sudah ada orang yang menjadi ODP di daerah ibu kota, mitos
yang mengatakan kalau Indonesia kebal terhadap corona akhirnya terpatahkan,
pada akhir bulan January sudah ada yang positif terkena virus yang berasal dari
wuhan
Setelah beredar
adanya yang positif corona, masyarakat mulai panik hingga banyak orang yang membeli
stok makanan dalam jumlah banyak (panic
buying) , membeli obat obatan sehingga banyak
nya harga harga bahan makanan yang menjadi mahal akibat dari kelangkaan, tidak
hanya bahan makanan saja yang naik masker juga mengalami kenaikan harga yang
sangat signifikan yang biasanya harga
masker 1500 hingga 3000 rupiah
pada saat pandemi ini perlangsung harganya bisa mencapai 10.000 bahkan ada yang
20.000 untuk masker yang sekali pakai.
Dampak dari kehadiran virus ini sangat lah banyka bukan
hanya dari naiknya bahan makanan hingga masker tetapi banyaknya juga yang di
rumahkan atau di berhentikan dari kerjaanya, ini menyebabkan banyaknya yang
menganggur dan banyaknya yang merasa sedih dan bertepatan dengan ramdhan dan
moment lebaran yang mana pada moment moment seperti ini yang di perlukan ia lah
uang untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari. Selain banyaknya yang di rumahkan
banyak pula tempat makan, tempat hiburan dan tempat tempat yang memungkinkan
orang – orang bertemu dalam jumlah yang ramai di tutup hingga waktu yang belum
bisa di pastikan hingga kapan.
Yang merasakan dampaknya wabah ini bukan hanya kaum menengah kebawah saja tetapi
kaum elit juga merasakan dampaknya,
karna jika mereka di rumahkan otomatis pemasukan mereka tidak ada dan keluarga
mereka akan merasakan dampak dari wabah corona ini, salah satu kaum menengah
kebawah yang sangat merasakan dampaknya adalah keluarga riko, bagaimana tidak
penghasilan utamanya dari berjualan di kantin sekolah dan saat pemerintah
menerapkan PSBB dan melakukan
protokol-protokol kesehatan otomatis pemasukan
bakalan stop dan keluarga riko
tidak ada mata pencarian lain selain berjualan.
Pendapatan riko
yang berusia 21
tahun ini jika ia berjualan adalah sekitar 1000.000 hingga 1500.000 perhari dan pada saat wabah ini berlangsung ia
tidak mendapatkan pemasukan yang sama seperti
biasanya sehingga ia tidak bisa membantu keluarganya seperti biasanya.
"Tapi
Alhamdulillah allah masih kasi rejeki meski
pun ini kurang , tetapi ini cukup untuk keluarga saye ”
ujar riko dengan nada lemas.
Pria kelahiran tahun 1999 ini juga sempat ingin protes kepada pemerintah , bagaimana
tidak pemasukan berkurang tetapi
pengeluaran banyak dan keluarganya butuh makan dan riko juga sempat sedih karna tidak ada uang
“Andai allah angkat wabah ini , saya rasa tidak hanya saya
yg kesusahan ” ujar riko satibi .
Biasaya setiap tahun riko selalu menyumbangkan hartanya untuk
orang orang yang membutuhkan tapi berbeda dengan tahun ini ia yang merasakan
posisinya juga merasa kesulitan.
Riko juga mengakatan bahwa lebaran tahun ini tidak penting kue lebaran, baju lebaran, yang penting ada doa
yang terjawab atas wabah yang datang di negeri kita ni memang lebaran tahun ini berbeda yang biasanya setiap tahun adanya tradisi
membeli baju lebaran untuk merayakan kemenangan setelah berpuasa sebulan penuh
tapi tahun ini berbeda yang ada di pikiran orang - orang adalah makan, makan
dan makan karna itu hal terpenting, bahkan kue lebaran di kesampingkan karna
hal yang menjadi focus utama adalah urusan perut dan semuanya juga susah buat silaturahmi.
Untuk tahun ini memang berbeda ,Riko cuman bisa berdoa dan terus berdoa agar semuanya terselesaikan dan
kembali seperti semula “ untungnya lebaran tahun ini allah masih kasi saya umur ,
mudahan masih bisa kembal di lebaran selanjutnya “ tutup Riko di akhir
wawancara melalui Whatsapp .
PENULIS : SYAIFUNNABI MUBAROK
EDITOR : SYARIFAH NA'ILAH AZZAHRA
Tidak ada komentar